Senin, 01 April 2013

Puasa Mempertebal Modal Sosial

Puasa Mempertebal Modal Sosial – ”Perjuangan” umat Islam di bulan puasa telah memasuki hari terakhir. Selama sebulan penuh kaum muslimin di seluruh dunia menghadapi berbagai tantangan dalam menjalankan salah satu rukun Islam, yakni ibadah puasa. Kewajibannya melekat kepada setiap individu muslim dan tertuang dalam Alquran Surat Albaqarah ayat 183.


Menurut hadis, segala amalan di bulan Ramadan, baik atau buruk, dilipatkan sepuluh kali. Amalan buruk juga dilipatkan sepuluh kali karena di bulan puasa Allah membelenggu syaitan yang selama ini bertugas menggoda anak Adam untuk berbuat dosa.



Puasa Mempertebal Modal Sosial



Bila di bulan puasa seseorang tetap berbuat maksiat, berarti itu tanggung jawab penuh dirinya karena tidak ada campur tangan syaitan. Wajar kalau amalan buruk di bulan puasa diganjar sepuluh kali lipat dari hari biasa. Amalan buruk, semisal berbohong dan mengambil sesuatu yang bukan haknya, juga bisa mengurangi pahala puasa, bahkan membatalkan.


Dari segi waktu, bulan Ramadan dapat dibagi menjadi dua rentang waktu, yakni malam pertama sampai 20 dan malam 21 sampai 30. Malam 21 sampai 30 menjadi istimewa karena diantara sepuluh malam itu ada malam qadar (lailatul qadar). Malam qadar adalah malam yang sangat istimewa karena lebih baik dari seribu bulan atau setara dengan 83 tahun 4 bulan.


Malam qadar adalah ”bonus” yang sangat luar biasa bagi umat Nabi Muhammad. Menurut hadis, usia umat Nabi Muhammad berada pada kisaran 60 sampai 70 tahun. Usia yang sangat singkat bila dibandingkan dengan usia umat Nabi-nabi terdahulu. Umat Nabi Muhammad memiliki kesempatan untuk beramal kebaikan sangat pendek. Padahal umat Bani Israil ada yang pernah beramal baik selama seribu bulan tanpa sekejap pun berbuat kejelekan.


Men-charge Diri


Umat Nabi Muhammad memang istimewa. Agar memperoleh kesempatan beramal baik selama seribu bulan, bahkan lebih baik lagi, Allah menurunkan malam qadar. Malam qadar adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan, sebagaimana firman Allah, “lailatul qodri khoirun min alfi syahrin”. Segenap kaum muslim diberikan kesempatan yang sama untuk memperoleh berkah itu. Tinggal pilihan masing-masing, mau memanfaatkannya atau tidak.


Sayangnya, tidak ada satu pun hadits yang menerangkan kapan pastinya malam qadar mampir di muka bumi. Keterangan yang ada hanya menyebutkan bahwa malam qadar turun di sepuluh malam terakhir, terutama malam ganjil. Karena itu kita dituntut untuk mempersungguh berbuat kebaikan di sepuluh malam terakhir Ramadan, salah satunya dengan i’tikaf atau berdiam di masjid.


Meskipun diantara malam 21 sampai 30 terdapat malam qadar, tetapi malam sebelumnya tetaplah istimewa karena, itu tadi, semua amalan dilipatkan sepuluh. Artinya kita dituntut untuk serius beramal baik dan mencari pahala. Bila selama ini kita lalai berbuat kebaikan dan mencari pahala, di malam-malam Ramadan inilah kita men-charge diri untuk kembali membiasakan diri menambah pundi-pundi pahala.


Selain berpuasa, di malam-malam bulan Ramadan ini kita kembali dibiasakan untuk melaksanakan ibadah lain yang tak kalah pentingnya, yakni salat malam (tarawih), malam qadar, tadarus Alquran, dan zakat fitrah. Lima amalan itu merupakan lima amalan utama yang menjadi penentu kesuksesan bagi setiap umat Islam di bulan Ramadan.


Zakat fitrah merupakan klimaks dari amalan di bulan Ramadan dan kesempatan berbuat baik kepada sesama. Sebelum hari Idul Fitri tiba, setiap muslim wajib menyerahkan zakatnya, baik zakat fitrah maupun zakat harta. Zakat menjadi penting karena menjadi penentu diterimanya semua amalan selama bulan Ramadan.


Pertahankan Fitrah


Amalan-amalan yang dikerjakan di bulan puasa diharapkan akan membuat kita kembali terbiasa berbuat baik dan mencari pahala serta menghindari perbuatan tercela di hari-hari berikutnya. Bulan Ramadan merupakan waktu untuk berlatih. Kebiasaan mencari pahala yang dikerjakan pada saat bulan Ramadan, yakni puasa, salat malam, dan tadarus Alquran, diharapkan berlanjut di hari-hari berikutnya, sampai kita menemui lagi bulan Ramadan.


Bila setiap muslim mempertahankan fitrahnya selama sebelas bulan berikutnya pasca bulan Ramadan yang penuh berkah itu, dipastikan akan memiliki tabiat yang luhur, diantaranya jujur, amanah, rukun, kompak, kerjasama yang baik, serta kerja keras dan berhemat. Dengan demikian kita akan selalu melaksanakan kegiatan dan kewajiban di lingkungannya masing-masing dengan penuh ikhlas dan penuh amanah.


Amalan-amalan di bulan Ramadan itu diharapkan akan memberikan hikmah bagi yang melaksanakannya. Bila dikerjakan dengan serius, puasa dapat meningkatkan kesalehan sosial yang terwujud dalam kesantunan, keberadaban, kerukunan, dan kepedulian terhadap sesama manusia.


Hikmah puasa tersebut cukup menjadi bekal bagi kita menghadapi momentum penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya menghadapi pesta Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2009. Hikmah puasa juga dapat menjadi modal sosial bangsa kita menghadapi badai krisis ekonomi global yang mengancam akibat gagalnya sistem kapitalisme global dalam mensejahterakan masyarakat dunia. *) (Oleh: Hidayat Nahwi Rasul / nuansaonline.net)



Puasa Mempertebal Modal Sosial

0 komentar:

Posting Komentar